Wednesday 29 May 2013

Kisah Lain Keluarga Homeschool (our neighbour)

Tetangga, sekaligus sahabat kami sekeluarga, juga ada yang dulu HS, (HS-nya kurang lebih 4 tahun, mulai 2004-2008), setelah itu mereka mondok, atas izin sang tokoh, saya boleh kok nyebut nama mereka.

Inas dan Yasmin, mereka berdua anak yang cerdas, secerdas orang tuanya, sang bapak (kalo ini rahasia deh namanya) saat ini menjabat posisi penting pada perusahaan pertambangan batu bara dan salah satu dosen tamu luar biasa ITB Fak. Ilmu Bumi dan Teknik Mineral, juga punya banyak toko bangunan, sang Ibu, insinyur lingkungan alumni ITS.
Inas kecil saat itu berusia 6 tahun masih duduk kelas 1 SD, dan kakaknya Yasmin kelas 4 SD. Mereka keluar dari sekolah formal, atau out of box, sang bunda mengambil alih pendidikan sepenuhnya, ber 3 dengan adek saya. Ya awal homeschool komunitas kami terdiri dari 2 keluarga hingga sekarang sudah bukan homeschool lagi, karena sudah berbentuk lembaga (Sekolah Tarbiyatul Quran).

Alasan bundanya saat itu, mirip-mirip dengan alasan mama saya, yakni ingin menjadikan anak-nya hafizah quran, tidak melakukan hal campur aduk, maksud disini adalah mencampur-adukkan antara hak dan batil, mengingat di Balikpapan saat itu belum ada lembaga yang menangani khusus para hafizah, kalau sekarang sudah banyak, jadi ortu-ortu tidak perlu risau, mari masukkan anak anda di sekolah kami (heaahhh promosi terselubung)

Dan mulailah masa-masa homeschooling itu, mereka ber 5 mulai belajar, belajar Qur'an, membenahi tajwid, memahamkan Fadhillah Qur'an, dan memahamkan bagaimana program Barat yang berusaha menghancurkan Islam melalui media, maka yang berAlQur'anlah yang tetap teguh, (mulai berat bahasannya), dan kesamaan dengan keluarga kami, sama-sama ga punya TV, eh ralat deh TV punya, tapi ga punya antena, jadi TV dipakai untuk vcd dan dvd yang edukatif saja.

KERAS? ya, untuk sebagian orang kelewat keras, pernah ada yang nyeplos "aku kalau jadi orang tua ga mau seperti itu, kasihan anaknya?"
Saya tanyakan lagi pada anda, kasihan jika tidak menonton tv lokal? justru sebenarnya anda yang kasihan, jika anak tidak dibekali agama sejak dini, tidak dibekali tauhid dan pondasi yang kokoh, lalu kapan? menunggu dia besar? menunggu dia akil baligh? menunggu usia 20 tahun? pada saat usia sudah dewasa, maka karakter mereka sudah terbentuk,  bahkan pendidikan sudah diajarkan nabi pada Qur'an sejak dalam kandungan, dimulai dari orang tuanya yang rajin melafalkan asma dan kalam Allah. Sudah banyak contoh ilmuwan Islam yang masa kecilnya diisi dengan menghafal dan selanjutnya mereka menjadi sumber ilmu dan rujukan dunia pada bidangnya masing-masing.

Alhamdulillah masa-masa homeschooling dari tahun ke tahun terlewati dengan baik, seiring dengan naiknya hafalan-hafalan mereka, hingga akhir 2008 (4 tahun kan ya), mereka sekeluarga memutuskan untuk pindah ke daerah Jombang, Jawa Timur dan melanjutkan pendidikan di kota itu, dengan masuk pondok. Ini adalah masa transisi perpindahan anak homeschool ke sekolah formal, bisa?? ya bisa donngggg,, tuh buktinya 2 anak itu yang dari HS pindah ke sekolah formal,

Saat ini? ya saat ini mereka alhamdulillah sudah menjadi hafizah quran, Inas sudah mengkhatamkan hafalannya tahun 2010, dan kakaknya Yasmin, sudah menjadi hafizah Quran tahun 2009 lalu, Yasmin sedang dalam proses legalitas hafizah, mengambil sanad di adek saya Nur Asiah al, hafidzah, dengan murajaah membaca 30 juz sekaligus selama 3 hari berturut-turut, subhanallah ya, bisakah anda seperti dia? khatam qur'an dalam waktu 3 hari? :) its so amazing, hanya Allah yang memampukan, dan dia dalam proses persiapan kuliah di Malaysia, (waahh semoga sukses ya Yasmin)
Sedangkan adiknya, Inas Az Zahra, saat ini bersekolah di Islamic Centre Bin Baz, Yogyakarta, menjadi SATU-SATUNYA  HAFIZAH TERMUDA , disana, Subhanallah, beruntung kali deh sang bunda-nya ya, dengan nilai-nilai di pelajaran lainnya tergolong bagus (ya standar Indonessia kan nilai 8 itu tinggi yaa hehe) maksud saya mengatakan nilai disini sama sekali bukan untuk tujuan, tapi hanya meyakinkan bahwa anak homeschool juga gak kalah pintar dengan yang formal dari segi akademis. Eits, mba Inas juga tetap murajaah, setiap hari dia membaca 2,5 juz, agar hafalan itu tetap melekat di dadanya, Subhanallah lagi yaaa

AAMiinn, yang mau tau facebook mba inas dan yasmin silahkan inbox saya yaa

Rasulullah saw. bersabda, "Tiada seorang muslim yang mempunyai dua anak perempuan kemudian dia membaguskan pemeliharaan dan asuhannya kecuali kedua-dua itu akan memasukkannya ke surga"(HR Ibnu Majah dan selainnya)

Rasulullah saw. bersabda, "Tiada seoran muslim yang memiliki tiga anak perempuan kemudian dia memberi nafkah sampai keduanya menikah atau meninggal dunia kecuali keduanya menjadi dinding baginya dari api neraka." Seorang perempuan bertanya,"Apakah dua anak juga?" Rasul menjawab, "Atau dua anak perempuan." (HR Thabrani)

Masih banyak cerita keluarga homeschooling lainnya, (yang saya kenal saja sih),, next story, time to lunch ^_^


 


4 comments:

  1. makin ingin sering ketemu Dija...biar ketularan semangat terus!

    ReplyDelete
  2. aamiinnn, selalu semangat, kalo bikin tulisan jadi semangat mba ami, karena kan kita malu sendiri ntar udah nulis tapi gak melakukan hehe :)

    ReplyDelete
  3. Masya Alloh... sangat menginspirasi. Saya insya Alloh juga akan meng-HS-kan putri saya. Ngeri dengan pendidikan sekolah yang semakin tak jelas kemana arahnya, dan banyak penyimpangan seksual yang terjadi pada anak kecil (putri sy 3 tahun).
    Mampir ke blog sy juga ya, Umm. Dan afwan minta ijin untuk "ngikutin". Hehe... #follow

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum..ukhtis,saya mau dunk FB mereka yg masyaa allah luar biasa ini. Syukron

    ReplyDelete