Wednesday 22 May 2013

Salah Kaprah HomeSchool di Masyarakat

Faris n Fathiya hari ni, nge-mall sama ummi-nya, mau liat-liat elektronik ceritanya (liat aja ya, beli sih ngga) dan mau mewarnai di pojok kreatif anak, mewarnai pakai pasir ceritanya,





Kebetulan, di mall tersebut, sedang ada education fair, sebagai ummi yang peduli pendidikan (tsaahhh) maka kita liat-liat deh, kali ada pendidikan anak yang cocok untuk triple F..
Ternyata, rata-rata disana didominasi ama kampus-kampus, eits tapi ada 1 stand warna-warni nan lucu, oohh ternyata ada pakar parenting yang membuat sekolahan, difranchisekan, setelah sebelumnya ada juga pakar pemerhati anak-anak yang juga membuat homeschool, yang difranchisekan..
Iseng saya mampir, duduk dan bertanya, 
A (saya)        : Maksud homeschool disini apa ya bu guru?
B (bu guru)   : Maksudnya 3 hari kami belajar dengan memakai kurikulum diknas, lalu sisanya 2 hari belajar mengenai bakat
A                   : Terus yang 2 hari di rumah ya belajar bakatnya? oh ya jadi semacam homeschool komunitas ya?
B                    : Oh bukan, semua tetap di sekolah belajarnya selama 5 hari
A                    :( sambil garuk-garuk kepala)   Jadi homeschool apanya?
B                    : ya itu tadi bu, belajar bakat itu homeschool
A                    : jadi pengertian homeschool belajar bakat ya bu?
B                    : Iya, konsepnya seperti itu.  Anak dieksplor bakatnya, dengan sentra, bla,,,bla,,bla
A                    : jadi belajarnya bukan di rumah?
B                    : Bukan bu, tetap di sekolah, dan di rumah dengan ortunya.

Ya, saya senyum saja mengakhiri percakapan ini, banyak orang tua-orang tua yang duduk ikut mendengarkan pembicaraan kami sambil manggut-manggut bergumam "ooohh homeschool, itu menitik beratkan pada bakat ya". 
Saya memang belum punya buku-buku atau literatur yang membahas apa itu homeschool, satu-satunya buku tentang homeschool yang saya baca ya dari web rumahinspirasi.com dan saya setuju 100% mengenai pengertian homeschool di buku itu, karena homeschool yang ada di otak saya ya, hanya yang pernah dilakukan keluarga kami. Yakni pada saat itu mama-lah yang berperan sebagai guru kepada adek-adek saya, yang selanjutnya guru itu dipanggil ke rumah.

Seiring dengan berjalannya waktu, karena banyak permintaan murid-murid yang ikut ber-homeschool ria, (maksudnya ikut belajar bareng adek-adek saya) masih bisa dikatakan homeschool komunitas, tapi karena jumlahnya tambah lama-tambah banyak, saat ini 30an yang berbayar, 30an yang gratis,(subsidi silang) maka nama homeschool sudah berubah menjadi "SEKOLAH TARBIYATUL QURAN"
Nah, beda kan ya pengertian homeschool dengan sekolah. Sekolah sudah berbentuk lembaga, sudah ada stempelnya, sudah ada kepsek, staff guru, dan sebagainya, (ehm..kepseknya adinda tercintah Nur Asiah, Al Hafidzah). 
Begitu ya kira-kira, kami juga tidak anti sekolah, lha wong bikin sekolahan kok, hanya mendudukkan perkara penempatan nama homeschool yang sudah salah kaprah pengertiannya di masyarakat.



4 comments:

  1. sekolahnya ngga buka cabang di depok juga nih?? *ngarepdotcom

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahaahahaa,,, mba rina aja main-main ke balikpapan yaaa :)

      Delete
  2. Aku suka sekaliiiiiii tulisanmu ini Dija;)

    ReplyDelete
  3. semangat nulis juga yookk mba amiiii

    ReplyDelete