Saturday 21 September 2013

Menjaga Konsistensi dan KeIstiqomahan dalam Menghafal Kepada Anak-Anak

Bismillahirrahmaanirrahiim,
Belakangan banyak sharing dengan para orang tua anak usia dini, baik pelaku homeschooling ataupun bukan, mengenai pendidikan anak yang terbaik untuk mereka. Banyak masukan yang saya dapatkan seperti meminimalkan pengajaran calistung, lebih banyak ke unsur edukatif game, dsb. Saya juga bukan orang yang ahli di bidang parenting, karena saya gak jago, maka saya butuh belajar, sharing, baca, lihat, upgrade diri, learning by doing.
Alhamdulillah, semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk pendidikan buah hati-nya, agar kelak mereka sukses. Banyak cara yang ditempuh, mulai dari menyekolahkan mereka ke sekolah international yang mahal, me-leskan berbagai macam berkisar matematika, inggris, dsb, tentu semua sah-sah saja, saya juga ada niatan me-leskan Triple F renang, karate, bahasa, dsb. Masalahnya adalah penempatan prioritas.
Kita butuh waktu yang gak instant untuk membuat anak cinta dan mau menghafal qur'an, butuh waktu yang tidak singkat mengajarkan mereka shalat tepat waktu, kita harus bisa membuat anak-anak lebih tau sirah nabawiyah atau sirah sahabat dibandingkan tokoh khayalan ben 10, conan, doraemon, barbie, superman, spiderman, dll. Ini yang masih jadi peer besar saya, dan mungkin ortu lainnya. Darimana anak-anak itu bisa belajar kalau bukan awalnya dari orang tua. Maka benar sekali UMMI MADRASATUL ULA dan tidak cuma butuh peran orang tua, tapi sekitar keluarga juga turut andil membentuk karakter anak, apalagi yang masih serumah dengan kakek nenek, mereka turut ambil bagian dalam mengasuh buah hati kita, tentu metode pengasuhan harus selaras dengan ortu. Karena anak bisa bingung kalo mama punya rules A, nenek rules B yang bertentangan.

1. Faktor Keluarga Inti
Inti utama ya orang tua, bagaimana kita ingin anak cinta quran kalau anak-anak jarang melihat ortu memegang, membacanya, menyenandungkannya (ahhh ini peer saya), dan meminimilkan pengganggu atau bahasa lain "saingan/tandingannya" quran. Biarkan mereka fokus 10-15 menit saja, jangan ada TV menyala, atau jangan pada kondisi mereka ingin bermain, kondisi mengantuk, lapar dan lelah, suasana yang berisik. Minta pengertian misal ke kakek nenek, om/tante (khususnya yang serumah) agar mendukung program menghafal anak kita. Inshaa Allah ga susah kalo semua kerjasama, siapa sih yang nggak senang melihat buah hati dimana-mana melantunkan qur'an. Saya pribadi, walaupun jauh dari ortu, tiap kami saling bertelfon-telfonan selalu yang ditanya mama atau adik2 saya "bagaimana hafalannya Faris Fathiya?" Alhamdulillah semangat itu selalu ada.

2. Faktor Sekolah
Agak susah untuk program menghafal jika anak sudah sekolah terlalu lama, PR dan tugas menumpuk, lalu dibebankan lagi menghafal. Tidak akan maksimal, untuk itu pada usia dini, saya akan memprioritaskan hafalan quran lebih dari apapun, ini adalah masa keemasan anak, masa otak mereka banyak merekam apapun itu. Sampai Faris kini sudah tau, " Ummi, kalau saya mau nonton ini saya hafalan dulu ya berapa ayat, ummi kalau saya mau main ini saya mengaji dulu ya, atau mengulang dulu ya,,," Ya pola-nya sudah dibentuk, tiada hari tanpa menghafal dan murajaah. Saya juga selalu menanamkan kepada dia, bakti tertinggi seorang anak, jika dia shaleh, kelak kalo ummi dan abi sudah meninggal, maka tersisa doa-doa anak-anak inilah yang kelak membantu dan jariyah, dan menanamkan yang lain  keutamaan menghafal. Ini secara gak langsung menanamkan tauhid dan rukun iman ke mereka lhooo,,,

3. Faktor Media.
Arus media makin lama makin kencang, semua bisa mengakses baik dari TV, laptop, pc, tab, pad. Bagaimana harus kita bersikap? dijauhkan atau dikenalkan?  saya memilih mengenalkan dengan fungsi positifnya, tentu dengan waktu dan rules lainnya. Boleh menonton tapi setelah menghafal (gak dibalik ya) misal nih Faris masih asyik menonton film kartunnya, lalu azan dan masih seru 
" Faris sayang ayoo solat zuhur,," 
" Habis filmnya habis Faris solat"
" No, solat dulu, baru nonton lagi, kita pause dulu, setelah solat play lagi" (nontonnya via vcd/dvd/pc). Biasanya sih sampai tahap ini dia nurut, tapi suatu saat dia menolak dengan banyak alasan, akhirnya ummi said
" No pray,,,,???? then no Tablet, no Game, no film, and no Jalan-jalan"

hehehe, dan Faris beranjak wudhu,,,ya ya harus tegas membiasakan anak solat tepat waktu, walau terkadang masih lewat, selalu ingat QS Al Maaun ayat 4 dan 5
" Maka celakalah orang-orang yang shalat"
"Yaitu orang yang lalai terhadap shalatnya" 
Bahkan yang shalat tapi lalai pun akan celaka, lalai disini menunda-nunda waktu solat tanpa ada alasan udzur yang diperbolehkan.

Hm,,, mengenalkan bacaan ke anak juga harus tepat, usia dini, perlu mereka mengenal Nabi-nabinya, sahabat, kisah-kisah seru di Qur'an untuk pesan moral dan penanaman karakter. Memang, isinya sirah nabawiyah atau sahabat semua berkisar mengenai peperangan, nah, PR ortunya menjelaskan mengenai perang-perang itu yaaa, mengingat kita sekarang berada di negara aman yang Inshaa Allah tidak terjadi konflik hebat sebagaimana di Palestine, Suriah, dll.

4. Ilmu, ilmu, ilmu
Tidak ada orang tua yang sempurna, kadang perasaan gagal juga hinggap di hati, ketika urusan rumah tangga lainnya terbengkalai, tapi buang perasaan itu jauh-jauh, Laa yukallifullahu nafsan illa wus 'aha, diberi 3 amanah mendidik Triple F berarti Allah tau saya mampu, tinggal saya tahu diri, belajar menimba ilmu dari siapapun, mumpung anak-anak masih di bawah lima tahun, masih fresh dan segar dan steril. Makin mudah mengokohkan hafalannya dibanding yang usia remaja atau dewasa, di tengah arus informasi yang semakin deras, jika anak-anak tidak diberi kemampuan menyaring informasi itu sejak dini, kelak remaja dewasa mereka bisa terombang-ambing, yang mana yang trend itu yang diikuti, yang mana yang dilakukan kebanyakan orang itu yang diikuti.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).”
[QS.al-An'am/6: 116]


Tegas, kita perlu tegas tapi cinta pada anak-anak,,,hmmm,,, kalau dari kecil mereka terbiasa melawan, bagaimana kelak dewasa?

Ayooo bunda, ummi, mama , belajar terussssssss